Kamis, 03 Juli 2014

Tak Sesederhana Kata Cinta

Ini cerpen pertamaku, iseng-iseng aja sih buat cerpen. cerita ini hanyalah fiktif belaka jika terdapat kesamaan nama atau tempat itu hanyalah kebetulan belaka :)




Tak sesederhana Kata Cinta

Selesai sholat Isya Rara langsung berbaring di tempat tidur, ia lelah sekali dengan aktivitasnya yang lumayan padat hari ini. Ia berniat tidur cepat. Rara menyalakan radio kesayangannya, mulai mencari siaran yang menurutnya enak, tentu saja pengganti dongeng untuk penghantar tidurnya. Alunan lagu-lagu pop mulai terdengar, Ohyaa ini malam Rabu ada acara Ceriwis – semacam salam-salam atau nyamperin seseorang di radio- dan itu acara favorit Rara. Ia tidak pernah menelpon ke radio untuk menyampaikan salam atau semacamnya, tetapi ia suka mendengarnya, menurutnya itu lucu.
                Hampir saja mata Rara terpejam ketika tiba-tiba suara mbak Mei sang penyiar radio mengagetkannya. Namanya disebut ! Spontan Rara langsung membesarkan volume radionya. Rian, yaa Rian mengiriminya puisi. Rara sangat terkejut, ia langsung memegang dada, ia merasa jantungnya hampir copot.
                “ Malam Booss, aku Rian dimana aja, aku mau ngirimi puisi buat Rara, semoga Rara mendengarnya “ mbak Mei membacakannya dengan suara lantang. Dan mbak Mei pun langsung membacakan puisi nya.

             Ku temui banyak wanita
             Namun sama terasa
             Senyum
             Tutur kata
             Dan segala hal yang mereka miliki
             Apa yang ada saat ini
Tak hal nya kemarin
Yang tak kau tahu
Yang belum kau mengerti
Menjadi raahasia hati dalam diri
Karena indah sempurna, aku yang tahu
Dan percaya
Semu wanita itu sama
Kecuali kamu
Dan kau
Tak sesederhana kata Cinta

Rara terdiam, hampir tak bisa bernapas. Ia tak menyangka Rian akan mengiriminya puisi. Ia masih tak percaya. Rara mencubit pipinya, dan kemudian ia meringis, ternyata ia sedang tidak bermimpi. Rian benar benar mengirimi nya puisi di radio, dan tentu saja itu didengar oleh banyak orang. Jantungnya berdebar, wajahnya memerah, dan ia merasa dada nya sesak sekali, itu yang selalu dirasakannya setiap ia mengingat sosok Rian. Seseorang yang sudah dikagumi dan dicintainya sejak lama, ya sejak Rara masih duduk di kelas 2 SMP, dan itu sudah 3 tahun yang lalu.
Siang itu Rara bersama Karin sahabatnya pergi ke sebuah warnet, hanya untuk menghabiskan waktu luang sebelum pulang ke rumah. Seperti biasa ia sibuk browsing di akun facebook nya, hingga kemudian tanpa sengaja ia melirik seorang anak laki-laki berseragam SMP, mungkin seumuran dengannya yang juga asyik browsing, senyumnya manis sekali, pikir rara. Di sebelah kanan baju sekolahnya terdapat tulisan SMP TUNAS BANGSA. Anak itu sekolah disitu, sebuah sekolah yang cukup mahal, pikir rara. Dan ia penasaran. Rara meninggalkan komputernya dan menghampiri Karin yang bersebelahan dengan anak laki-laki itu. Rara berpura-pura menanyakan sesuatu pada Karin dan matanya melirik ke komputer anak laki-laki itu, ingin tahu apa yang sedang anak laki-laki itu lakukan. Oh ternyata anak laki-laki itu juga sedang asyik dengan akun facebooknya. Rara melirik sekali lagi kearah komputer anak itu, dan dapat ! Rara melihat dengan jelas nama akun facebook anak laki-laki itu, RIAN PRATAMA.
Dengan wajah berseri-seri Rara kembali ke komputernya, langsung mencari akun facebook anak itu. RIAN PRATAMA, ketemu. Tanpa pikir panjang Rara langsung meminta pertemanan. Rara semakin tersenyum lebar ketika permintaan pertemanannya di facebook diterima, ia menjerit, dan tangan kanannya langsung menutup mulutnya. Tentu saja ia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. Rara menatap ke arah Rian, anak laki-laki itu. Dan ternyata Rian juga sedang menatapnya dengan tersenyum, Rara terkejut dan langsung menunduk, ia merasa Rian mengetahui kalau ia yang baru saja meminta pertemanan. Tiba-tiba Karin sudah berada disamping nya, membuat Rara semakin terkejut.
“ ayok pulang ra, lapar nih”, ujar Karin
“ohyaaaa, baiklah” balas Rara. Padahal ia masih ingin berlama-lama disini. Tetapi diikutinya juga sahabatnya itu.
Sebelum melangkahkan kaki keluar Rara sempat melihat ke arah Rian, untuk terakhir kalinya pikir Rara. Dan ternyata Rian juga melihat kearahnya, dengan senyum yang terkembang. Rara juga memberikan senyuman termanisnya, kemudian menunduk seolah-olah berpamitan pada Rian.
Semenjak hari itu, setiap pulang sekolah Rara selalu menyempatkan diri untuk main di warnet itu. Tentu saja dengan harapan dapat bertemu dengan Rian, anak laki-laki yang membuatnya tidak bisa tidur itu. Dan ternyata Rian juga selalu datang ke warnet itu. Namun mereka tidak pernah bertegur sapa, hanya saling melemparkan senyum. Dan itu sudah membuat hati rara senang.
Tapi suatu hari ketika Rara ke warnet langganannya itu, Rara mendapati warnet itu tutup. Rara sangat kecewa, ia tidak bisa bertemu Rian hari ini. Dan kejadian ini berlangsung keesokan harinya, seterusnya, hingga berminggu-minggu lamanya. Mungkin warnet benar-benar sudah tutup pikir Rara. Rara langsung merasa lemas, ia tidak bisa bertemu dengan Rian, cowok idamannya. Rara memang tidak mengenal cowok itu, dimana tinggalnya, bagaimana sifatnya. Rara hanya tau namanya, dimana sekolahnya, dan Ia tau ia mencintai cowok itu. Entahlah, entah apa yang membuat Rara mencintainya, mungkin itu cinta pada pandangan pertama. Percaya tak percaya, tapi bayangan Rian selalu menghantuinya, dan saat ini Rara sangat merindukan Rian, sangat!

Hingga suatu hari di sekolahnya...
Rara sekarang sudah duduk di bangku kelas 2 SMA, saat ini seperti biasa ia sedang duduk santai di mejanya, hingga seorang teman menghampirinya.
                “Heh, jangan melamun ra!”, tegur Fahri sambil duduk dibangku kosong di sebelah Rara.
                “Siapa yang melamun, oiya selamat ulang tahun ya fahri, semoga semua-semuanya deh, kapan makan-makannya ?” ucap Rara sambil tersenyum.
                “makasi Ra, hari minggu datang ya, aku buat acara di rumah. Oia hari ini si Rian ulangtahun juga kan? Udah ngucapin?” tanya Fahri
                “Rian ??” tanya rara dengan ekspresi terkejut yang tidak dibuat-dibuat, dan otaknya langsung bekerja hingga bayangan wajah Rian pun muncul di benak Rara, cinta pandangan pertama nya di SMP dulu. Oia Rara lupa, dulu ia pernah cerita soal Rian pada Fahri setelah mengetahui bahwa Fahri dulunya alumni SMP TUNAS BANGSA, dan tentu saja Fahri mengenal Rian. Rian sahabat Fahri ketika SMP.
                “aku tidak tahu hari ini ulangtahunnya juga, lagipula bagaimana cara menghubungi nya, kau kan tahu ri aku ini hanyalah pengagum rahasianya” balas Rara.
                “nah pakai ini saja, aku punya nomornya” sahut Fahri sambil menyodorkan handphone nya.
                “dia tidak mengenalku”, balas Rara sambil menunduk sedih.

               
Minggu siang di rumah Fahri.
                Rara berdiri kaku di depan pintu, ia terlambat datang ke acara Fahri. Acara sudah dimulai, ketika ia mengucapkan salam semua mata tertuju padanya. Dan ada sepasang bola mata yang mengawasi nya dari sudut ruangan. Dan tanpa sengaja Rara juga melihat ke arah sepasang mata itu, tiba-tiba nafasnya terasa terhenti, keringat bercucuran di wajahnya, ia melihat Rian. Yaa Rian seorang cowok cinta pandangan pertamanya, yang juga Cinta Pertama dan tentu saja Cinta monyetnya. Ternyata Rian juga hadir di acara ulang tahun Fahri. Fahri langsung memanggil Rara dan menarik tangannya dan tiba-tiba saja mereka sudah berdiri di depan Rian. Dan mereka pun berkenalan.
               
                Lagu I wanna Be nya Lenka mengagetkan Rara yang sedang termenung, ternyata daritadi ia sedang melamun, teringat awal perkenalannya dengan Rian pertama kalinya. Perkenalan yang menurut Rara sungguh aneh, seperti di sinetron-sinetron ftv yang sering di tontonnya. Ternyata sms dari Rian.
                From : My Love
“Udah di dengar puisinya tadi kan ra ? itu khusus buat kamu ra. Semoga kamu suka. Selamat tidur yaa Ra, semoga mimpiin aku, love you :*”
Senyum Rara mengembang membaca pesan singkat itu, Rian memang selalu penuh kejutan, dan sekarang Rian telah menjadi pacarnya. Cinta pandangan pertamanya, Cinta Pertama, Cinta Monyetnya dan semoga saja cinta terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar