HUKUM MENDEL (KANCING GENETIKA)
TUJUAN PRAKTIKUM :
·
Mencari angka-angka perbandingan sesuai
dengan Hukum Mendel.
·
Menemukan nisbah teoritis sama atau
mendekati nisbah pengamatan.
·
Memahami pengertian dominan, resesif,
fenotip.
TINJAUAN TEORITIS
Genetika sebagai ilmu yag
mempelajari segala hal mengenai keturunan dimulai sejak zaman purbakala. Ketika
para petani mengetahui bahwa hasil pertanian dan ternaknya dapat ditingkatkan
melalui persilangan. Meskipun pengetahuan mereka sangat primitif, namun mereka
menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Genetika yang
sesungguhnya baru dimulai pada decade kedua dari abad ke-19 setelah Mendel
menyajikan secara hati-hati analisis beberapa percobaan persilangan yang
dibuatnya pada tanaman ercis/kapri (Pisum
sativum). (Suryo, 1990)
Gregor
Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia,
Austria (sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko). Mendel
mempunyai dua saudara perempuan, ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam
bidang hortikultura ternyata dimulai sejak dia masih kecil. (Paskah, 2010)
Eksperimen Mendel dimulai saat dia
berada di Biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri
tumbuhan diturunkan dari induk kepada keturunannya. Dalam eksperimennya Mendel
memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya
lebih suka meneliti tumbuhan langka. Mendel melakukan percobaan selama 12
tahun. Dia menyilangkan sejenis buncis dengan memperhatikan satu sifat beda
yang mencolok. Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar
genetika, yang lebih dikenal dengan Hukum Mendel. Pada dasarnya Hukum Mendel
terdiri atas dua rumusan, yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
1. Hukum
Mendel I
Dalam Hukum Mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau
Hukum Pemisahan Gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet,
pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat
ketika pembentukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga
tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut.
Pada waktu Mendel melakukan persilangan antar kedua
varietas tersebut dimana yang satu tanaman tinggi dan satu tanaman pendek, maka
Mendel mendapat hasil berikut : persilangan antara jantan dan betina pada ercis
bersegresi sehingga ratio fenotipnya adalah tinggi, sedangkan keturuna F2 nya
akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1.
Sedangkan ratio genotipnya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1, yaitu satu
tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan
ercis pendek.
2. Hukum
Mendel II
Dalam Hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent Assortmen of Genes atau
Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas, dinyatakan bahwa selama pembentukan
gamet, gen–gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain
yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid,
yaitu persilangan dari 2 individu yang
memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda.
Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang
ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki
biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki
biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji
bulat berwarna kuning. Bii-biji tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan
tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh
keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji
keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan
perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).
ALAT DAN BAHAN
Bahan
yang digunakan :
·
Model gen (kancing genetic) warna merah
sebanyak 15 pasang.
·
Model gen (kancing genetic) warna putih
sebanyak 15 pasang.
Alat
yang digunakan :
·
Dua buah toples
PROSEDUR KERJA
1. Mengambil
model gen merah dan putih, masing-masing 15 pasang atau 30 biji (15 jantan dan
15 betina).
2. Menyisihkan
1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini
dimisalkan individu merah dan individu putih.
3. Membuka
pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan
gamet, baik oleh individu merah dan individu putih.
4. Menggabungkan
model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini
menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu
putih.
5. Memisahkan
kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan
gen pada pembentukan gamet F1.
6. Selanjutnya
memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples
jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7. Dengan
tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara
acak dari masing-masing stoples, kemudian mamasangkan.
8. Melakukan
secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap
pasang gen yang terambil ke dalam tabel pencatatan.
9. Bisa
juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples
masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali. Melakukan
percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.
10. Catat
setiap hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
11. Dokumentasikan
kegiatan.
HASIL
Tabel
1. Pengambilan model gen sebanyak 20x
No
|
Warna
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
Merah
– merah
|
IIIII
I
|
6
|
2
|
Merah
– putih
|
IIIII IIII
|
9
|
3
|
Putih
– putih
|
IIIII
|
5
|
|
TOTAL
|
|
20
|
Tabel
2. Pengambilan model gen sebanyak 40x
No
|
Warna
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
Merah
– merah
|
IIIII
IIIII III
|
13
|
2
|
Merah
– putih
|
IIIII
IIIII IIIII I
|
16
|
3
|
Putih
– putih
|
IIIII
IIIII I
|
11
|
|
|
TOTAL
|
40
|
Tabel
3. Pengambilan model gen sebanyak 60x
No
|
Warna
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
Merah
– merah
|
IIIII
IIIII II
|
12
|
2
|
Merah
– putih
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I
|
36
|
3
|
Putih
– putih
|
IIIII
IIIII II
|
12
|
|
TOTAL
|
|
60
|
Tabel
4. Nisbah antara observasi (O) dengan kebalikan/expected (E) dalam pengambilan
20x
No
|
Fenotip
|
Observasi
(O)
|
Expected
(E)
|
Deviasi
(O-E)
|
1
|
Merah
|
15
|
15
|
0
|
2
|
Putih
|
5
|
5
|
0
|
|
TOTAL
|
20
|
20
|
0
|
Tabel
5. Nisbah antara observasi (O) dengan kebalikan/expected (E) dalam pengambilan
40x
No
|
Fenotip
|
Observasi
(O)
|
Expected
(E)
|
Devias
(O-E)
|
1
|
Merah
|
29
|
30
|
-1
|
2
|
Putih
|
11
|
10
|
1
|
|
TOTAL
|
40
|
40
|
0
|
Tabel
6. Nisbah antara observasi (O) dengan kebalikan/expected (E) dalam pengambilan
60x
No
|
Fenotip
|
Observasi
(O)
|
Expected
(E)
|
Deviasi
(O-E)
|
1
|
Merah
|
48
|
45
|
3
|
2
|
Putih
|
12
|
15
|
-3
|
|
TOTAL
|
60
|
60
|
0
|
PEMBAHASAN
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan dengn menggunakan kancing genetik dengan
dua perbedaan warna yaitu kancing gen yang berwarna merah dan kancing gen yang
berwarna putih. Setelah dilakukan pemilihan secara acak dari dalam stoples,
mulai dari pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Setiap pengambilan kancing genetik, maka dihitung dan ditulis pada tabel yang
telah ditentukan pasangannya, yaitu merah–merah, merah–putih, dan putih-putih.
Pada
pengambilan pertama yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu
pengambilan hingga 20x, didapatkan jumlah tabulasi dengan pasangan merah-merah
berjumlah 6 pasang, jumlah tabulasi pasangan merah-putih 9 pasang, dan jumlah
tabulasi pasangan putih-putih sebanyak 5 pasang.
Pada
pengambilan kedua yang telah dilakukan yang diambil secara acak sebanyak 40x,
didapatkan jumlah tabulasi dengan pasangan merah-merah sebanyak 13 pasang,
jumlah tabulasi pasangan merah-putih sebanyak 16 pasang, dan jumlah tabulasi
pasangan putih-putih sebanyak 11 pasang.
Pada
pengambilan ketiga yang telah dilakukan yang diambil secara acak sebanyak 60x,
didapatkan jumlah tabulasi dengan pasangan merah-merah sebanyak 12 pasang,
jumlah tabulasi pasangan merah-putih sebanyak 36 pasang, dan jumlah tabulasi
pasangan putih-putih sebanyak 12 pasang.
Setelah
hasil tabulasi didapatkan jumlahnya dari setiap pasang kancing genetik yang
dilakukan mulai dari 20 x, 40 x, dan 60 x, maka setiap fenotip yaitu merah dan
putih kita lakukan perbandingan/nisbah fenotip pengamatan/observasi (O) dan
nisbah harapan/expected (E) untuk
mendapatkan deviasi (O-E), artinya pengamatan harapan.
Untuk
pengambilan 20 x, didapatkan bahwa fenotip merah memiliki jumlah 15 dalam
observasi (O) dan memiliki expected (E) dengan jumlah 15, sehingga didapatkan
deviasinya yaitu 0. Selanjutnya untuk fenotip putih, memilik observasi yang
berjumlah 5, dan memiliki expected 5, sehingga deviasinya berjumlah 0. Total
keseluruhan adlah observasi berjumlah 20, expected 20, dan deviasi total
berjumlah 0.
Untuk
pengambilan 40 x, didapatkan bahwa fenotip merah memiliki jumlah 29 dalam
observasi dan memiliki expected dengan jumlah 30, sehingga hasil deviasinya
adalah -1. Kemudian untuk fenotip putih, memiliki observasi yang berjumlah 11
dan memiliki Expected 10, sehingga hasil deviasinya adalah 1. Total keseluruhan
adalah observasi berjumlah 40, expected berjumlah 40, dan total deviasi
berjumlah 0.
Untuk
pengambilan 60x, didapatkan bahwa fenotip merah memiliki jumlah 48 dalam
Observasi dan memiliki expected berjumlah 45, sehingga hasil deviasinya 3.
Selanjutnya untuk fenotif putih, memiliki observasi yang berjumlah 12 dan
expected berjumlah 15, maka hasil deviasinya adalah -3. Total keseluruhannya
adalah Observasi berjumlah 60, expected berjumlah 60, dan total deviasinya
adalah 0.
Dengan
didapatnya hasil diatas, dinyatakan bahwa setiap hasil pengamatan yang kita
lakukan hasil dari pengamatan (Observasi) dengan harapan sangat kecil sekali
perbedaannya yaitu perbandingannya 1 : 2 dan begitupun sebaliknya yaitu 2 : 1.
Untuk hasil fenotif merah yang selalu unggul dalam jumlah observasi maupun
expected dari fenotif putih, deviasinya selalu sama angkanya, tetapi hanya
berbeda di tand negatif (yang berarti kurang/lebih sedikit) dan positif
(bertambah/lebih banyak). Hal ini berhubungan dengan Hukum Mendel I bahwa gen
memiliki bentuk alternatif yang mengatur variasi pada keturunannya. Nilai Deviasi
atau kesenjangan antara O-E apabila mendekati anka 1 maka teorinya semakin
baik.
tolong dijelaskan kan rumus bagaimana mencari nilai expected. sy tidak mengerti nilai O=48,, kok nilai E=45. tks.
BalasHapusItu cara agar perbandingan pada expected senilai 3 : 1
BalasHapusMerah=45 dan putih=15 (merah : putih = 3 : 1) dengan jumlah 60 (pada pengamatan 60x)
Kenapa dalam percobaan menggunakan kancing? kenapa tidak yang lain? tolong dijelaskan. Terimakasih
BalasHapus