Rabu, 02 Juli 2014

Laporan Ekologi Hewan



LAPORAN PRAKTIKUM
JUDUL :
Hubungan Morfologi Dan Jenis Makanan Terhadap Habitat Kodok (Bufo sp)
TUJUAN :
1.      Menngetahui hubungan Morfologi dan Jenis Makanan terhadap Habitat Kodok (Bufo sp)
2.      Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jenis makanan Kodok (Bufo sp)
TINJAUAN TEORITIS
Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme yang menggunakannya (Indriyanto 2006: 27). Dalam ekosistem alam dikenal adanya tingkat trofik suatu kelompok organisme. Tingkat trofik menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem (Indriyanto 2006:32).
Taksonomi kodok yaitu :
Kingdom  : Kingdom
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Anura
Famili        : Bufonidae
Genur         : Bufo
Spesies       : Bufo sp
Kodok adalah salah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena amphibi adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di air kemudian di darat. Amphibi adalah hewan berdarah dingin, ini berarti amphibi memerlukan matahari untuk menghangatkan tubuhnya. Tubuh kodok terdiri dari kepala (caput) dan badan (truncus) tanpa ekor. Pada kepala terdapat mata yang terdiri atas bola mata (bulbus oculi), membrane nictitans, serta palpebra superior dan anterior. Selain itu juga memiliki hidung dan mulut. Kodok mempunyai lidah, namun tidak memiliki gigi seperti katak. Lidah berotot, biofurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut (Brotowidjoyo, 1989). Lidah pada kodok berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar amphibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar, kemudian di gulung kebelakang jika tidak digunakan lagi (Sukiya, 2005). Mulut kodok juga dilengkapi dengan glottis. Anggota extrimitas depan yaitu tangan yang lebih pendek daripada kaki, bagian-bagiannya yaitu : branchium, antebranchium, manus (tangan), dan digit (falang) yang sebenarnya berjumlah 5, namun satu mengalami rudimentasi. Anggota extramitas belakang yaitu kaki, dan digit berjumlah 6 namun satu mengalami rudimentasi (Radiopoetro, 1996).
Kodok dijumpai diseluruh dunia kecuali kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Sebagai hewan yang berdarah dingin, kodok tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya di dalam lumpur atau di dasar kolam.
Kodok umumnya berkulit kasar, dan berkutil. Kulit kodok berperan dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga kelembapannya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar amphibi memiliki kelenjar granular yang memproduksi zat abnoxius atau racun untuk melindungi diri dari musuh. Sistem pencernaan pada kodok terdiri dari mulut, kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa makanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh.
            Telah diketahui bahwa habitat dan  morfologi mempengaruhi cara makan organisme, terutama kodok. Kodok hidup diberbagai tempat, Sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap kodok memiliki jenis makanan yang disesuaikan dengan ketersediaannya di lingkungannya. Sehingga untuk memahami hubungan habitat dan morfologi terhadap jenis makanan kodok perlu diketahui untuk menjelaskan bagaimana hubungan tersebut terjadi dengan menggunakan hewan coba kodok. Pendekatan analisis isi perut diteliti untuk dapat menerangkan kebiasaan makan dalam siklus ekologi terhadap populasi Kodok.

ALAT DAN BAHAN :
Alat :
1.      Papan Preparat
2.      Gunting bedah
3.      Silet bedah
4.      Pinset
5.      Jarum preparat
6.      Kaca pembesar
7.      Mistar
Bahan :
1.      Kodok (Bufo sp)
2.      Kloroform
3.      Kapas

PROSEDUR KERJA
1.      Ditangkap kodok dengan habitat yang berbeda yakni di pekarangan rumah dan di semak-semak.
2.      Ditandai masing-masing kodok sesuai tempat tinggalnya.
3.      Dibius kodok sebelum dibedah.
4.      Ditempatkan kodok di papan preparat.
5.      Diamati ciri morfologi berupa panjang bagian tubuh dan warna.
6.      Dibedah kodok dengan gunting bedah dan silet bedah membujur sesuai tengah ventral.
7.      Diamati kondisi sistem pencernaan.
8.      Diambil bagian lambung dan usus kodok, kemudian di bedah.
9.      Amati jenis makanan yang ada dan catat ke dalam tabel pengamatan.
10.  Analisis dan hitung hasil identifikasi menggunakan Indeks Dominansi dan Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner.


HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Kodok di pekarangan rumah
NO
SPESIES
JUMLAH
1.
KUMBANG BUNGA
8
2.
SEMUT
7
3.
NYAMUK
3
4.
ULAT
2
5.
SERANGGA KECIL
3

JUMLAH
23

Dominansi spesies :

·         Kumbang bunga  
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,3478)2
    = 0,1209

·         Semut
D = ∑ (ni⁄N)2
    =  )2
    = (0,3043)2
    = 0,0925



·         Nyamuk
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,1304)2
    = 0,0170

·         Ulat
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,0869)2
    = 0,0075


·         Serangga kecil
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,1304)2
    = 0,0170

Indeks keanekaragaman Shannon-Winner

·         Kumbang bunga
H = -∑ pi Log pi
                 = -∑ 0,1209 Log 0,1209
                 = -0,1209 (-0,9175)
                 = 0,1109

·         Semut
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,0925 Log 0,0925
     = -0,0925 (-1,0338)
     = 0,0956



·         Nyamuk
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,0170 log 0,0170
     = -0,0170 (-1,7695)
     = 0,0300

·         Ulat
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,0075 log 0,0075
     = -0,0075 (-2,1249)
     = 0,0159


·         Serangga kecil
H = -∑ pi Log pi
                 = -∑ 0,0170 log 0,0170
                 = -0,0170 (-1,7695)
                 = 0,0300

B.     KODOK DI SEMAK-SEMAK
NO
SPESIES
JUMLAH
1
NYAMUK
7
2
SEMUT KECIL
3
3
SEMUT ANGKRANG
15
4
SERANGGA KECIL
5

JUMLAH
30

Dominansi spesies :

·         Nyamuk
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
 = (0,2333)2
 = 0,054

·         Semut kecil
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,1)2
    = 0,01


·         Semut angkrang
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,5)2
    = 1

·         Serangga kecil
D = ∑ (ni⁄N)2
    = ( )2
    = (0,16)2
    = 0,0256


Indeks keanekaragaman Shannon-Winner

·         Nyamuk
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,0544 log 0,0544
     = -0,0544 (-1,2644)
     = 0,0687

·         Semut kecil
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,01 log 0,01
     = -0,01 (-2)
     = 0,02



·         Semut angkrang
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,25 log 0,25
     = -0,25 (-0,6020)
     = 0,1505

·         Serangga kecil
H = -∑ pi Log pi
     = -∑ 0,0277 log 0,0277
     = -0,0277 (-1,5575)
     = 0,0431

            Dalam percobaan ini kami menggunakan dua ekor kodok yang berasal dari habitat berbeda. Kodok yang pertama habitatnya di pekarangan rumah, sedangkan kodok yang kedua habitatnya di semak-semak. Terdapat perbedaan morfologi pada kedua kodok. Kodok di pekarangan rumah berukuran lebih besar sekitar 8 cm, warna kulitnya lebih gelap dan kutil pada permukaan kulitnya lebih kecil. Kodok di semak-semak berukuran lebih kecil sekitar 5 cm, warna kulit tidak terlalu gelap hanya kecoklatan dan kutil pada kulitnya besar-besar dan kasar. Tubuh kodok terdiri dari kepala , badan tanpa ekor.
            Pada saat mengamati lambung dan usus kodok yang berhabitat di pekarangan rumah ditemukan kumbang bunga, semut, nyamuk, ulat, dan serangga kecil. Dimana diantara semuanya kumbang bungalah yang merupakan dominansi spesies tertinggi, tetapi hanya termasuk ke dalam kriteria rendah. Sedangkan pada kodok yang berhabitat di semak-semak ditemukan telah memakan semut kecil, semut angkrang, nyamuk, dan serangga kecil. Dan diantara semuanya semut angkranglah yang merupakan dominansi spesies tertinggi, tetapi hanya termasuk ke dalam kriteria sedang.
            Pada kodok yang berhabitat di pekarangan rumah, kumbang bunga merupakan makanan pokoknya karena dilingkungan habitatnya banyak ditemukan tanaman-tanaman yang disekitarnya banyak ditemukan kumbang bunga. Lain hal nya dengan kodok yang berhabitat di semak-semak, semut angkrang menjadi makanan pokok karena di semak-semak kita dapat dengan mudah menemukan semut angkrang. Jadi, pada dasarnya makanan setiap makhluk hidup itu tergantung dimana habitat mereka.

KESIMPULAN
Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme yang menggunakannya (Indriyanto 2006: 27). Pada pengamatan ini kami menemukan terdapat perbedaan morfologi antara kodok di pekarangan rumah dengan kodok di semak-semak. Kodok di pekarangan rumah berukuran lebih besar sekitar 8 cm, warna kulitnya lebih gelap dan kutil pada permukaan kulitnya lebih besar-besar dan kasar. Kodok di semak-semak berukuran lebih kecil sekitar 5 cm, warna kulit tidak terlalu gelap hanya kecoklatan dan kutil pada kulitnya tidak terlalu kasar.
Pada kodok di pekarangan rumah kumbang bunga merupakan dominansi spesies yang tertinggi yang menjadi makanannya, sedangkan pada kodok di semak-semak semut angkrang merupakan dominansi spesie yang tertinggi. Makanan setiap organisme berbeda-beda sesuai dengan lingkungan habitatnya. Pada dasarnya kodok memang pemakan serangga, namun makanan tersebut dikondisikan sesuai kelimpahan yang tersedia di habitatnya. Jadi terdapat hubungan yang jelas antar morfologi suatu organisme dengan habitat dan makanannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Laporan Praktikum Zoologi Vertebrata. Online. Tersedia http://eltracytaocktora.blogspot.com/2011/10/laporan-praktikum-zoologi-vertebrata_2991.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014
Farhanafriansyah. Pembahasan Praktikum. Online. Tersedia http://farhanafriansyah13.blogspot.com/2012/05/pembahasan-praktikum-katak.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014









Tidak ada komentar:

Posting Komentar