LAPORAN PRAKTIKUM
JUDUL :
Hubungan Morfologi Dan Jenis
Makanan Terhadap Habitat Kodok (Bufo sp)
TUJUAN :
1. Menngetahui
hubungan Morfologi dan Jenis Makanan terhadap Habitat Kodok (Bufo sp)
2. Mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jenis makanan Kodok (Bufo sp)
TINJAUAN TEORITIS
Setiap
organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan
yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen
habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme
yang menggunakannya (Indriyanto 2006: 27). Dalam ekosistem alam dikenal adanya
tingkat trofik suatu kelompok organisme. Tingkat trofik menunjukkan urutan
organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem (Indriyanto 2006:32).
Taksonomi
kodok yaitu :
Kingdom
: Kingdom
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genur : Bufo
Spesies : Bufo sp
Kodok
adalah salah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi
artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena amphibi adalah hewan yang
hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di air kemudian di darat. Amphibi
adalah hewan berdarah dingin, ini berarti amphibi memerlukan matahari untuk
menghangatkan tubuhnya. Tubuh kodok terdiri dari kepala (caput) dan badan
(truncus) tanpa ekor. Pada kepala terdapat mata yang terdiri atas bola mata
(bulbus oculi), membrane nictitans, serta palpebra superior dan anterior.
Selain itu juga memiliki hidung dan mulut. Kodok mempunyai lidah, namun tidak
memiliki gigi seperti katak. Lidah berotot, biofurkat (cabang dua) pada
ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut (Brotowidjoyo, 1989). Lidah
pada kodok berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar amphibi mempunyai
lidah yang dapat dijulurkan keluar, kemudian di gulung kebelakang jika tidak
digunakan lagi (Sukiya, 2005). Mulut kodok juga dilengkapi dengan glottis.
Anggota extrimitas depan yaitu tangan yang lebih pendek daripada kaki,
bagian-bagiannya yaitu : branchium, antebranchium, manus (tangan), dan digit
(falang) yang sebenarnya berjumlah 5, namun satu mengalami rudimentasi. Anggota
extramitas belakang yaitu kaki, dan digit berjumlah 6 namun satu mengalami rudimentasi
(Radiopoetro, 1996).
Kodok
dijumpai diseluruh dunia kecuali kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang
berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, danau. Mereka juga ada di daerah
berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Sebagai hewan yang
berdarah dingin, kodok tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini
mereka melakukan hibernasi, biasanya di dalam lumpur atau di dasar kolam.
Kodok
umumnya berkulit kasar, dan berkutil. Kulit kodok berperan dalam respirasi dan
proteksi. Kulit terjaga kelembapannya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan
pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh.
Sebagian besar amphibi memiliki kelenjar granular yang memproduksi zat abnoxius
atau racun untuk melindungi diri dari musuh. Sistem pencernaan pada kodok terdiri
dari mulut, kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus,
usus besar, dan sisa makanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh
tubuh.
Telah diketahui bahwa habitat
dan morfologi mempengaruhi cara makan organisme, terutama kodok. Kodok
hidup diberbagai tempat, Sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap kodok memiliki
jenis makanan yang disesuaikan dengan ketersediaannya di lingkungannya.
Sehingga untuk memahami hubungan habitat dan morfologi terhadap jenis makanan
kodok perlu diketahui untuk menjelaskan bagaimana hubungan tersebut terjadi dengan
menggunakan hewan coba kodok. Pendekatan analisis isi perut diteliti untuk
dapat menerangkan kebiasaan makan dalam siklus ekologi terhadap populasi Kodok.
ALAT DAN BAHAN :
Alat
:
1. Papan
Preparat
2. Gunting
bedah
3. Silet
bedah
4. Pinset
5. Jarum
preparat
6. Kaca
pembesar
7. Mistar
Bahan
:
1. Kodok
(Bufo sp)
2. Kloroform
3. Kapas
PROSEDUR KERJA
1. Ditangkap
kodok dengan habitat yang berbeda yakni di pekarangan rumah dan di semak-semak.
2. Ditandai
masing-masing kodok sesuai tempat tinggalnya.
3. Dibius
kodok sebelum dibedah.
4. Ditempatkan
kodok di papan preparat.
5. Diamati
ciri morfologi berupa panjang bagian tubuh dan warna.
6. Dibedah
kodok dengan gunting bedah dan silet bedah membujur sesuai tengah ventral.
7. Diamati
kondisi sistem pencernaan.
8. Diambil
bagian lambung dan usus kodok, kemudian di bedah.
9. Amati
jenis makanan yang ada dan catat ke dalam tabel pengamatan.
10. Analisis
dan hitung hasil identifikasi menggunakan Indeks Dominansi dan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Winner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Kodok
di pekarangan rumah
NO
|
SPESIES
|
JUMLAH
|
1.
|
KUMBANG BUNGA
|
8
|
2.
|
SEMUT
|
7
|
3.
|
NYAMUK
|
3
|
4.
|
ULAT
|
2
|
5.
|
SERANGGA KECIL
|
3
|
|
JUMLAH
|
23
|
Dominansi spesies :
·
Kumbang bunga
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,3478)2
= 0,1209
·
Semut
D
= ∑ (ni⁄N)2
=
)2
= (0,3043)2
= 0,0925
·
Nyamuk
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,1304)2
= 0,0170
·
Ulat
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,0869)2
= 0,0075
·
Serangga kecil
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,1304)2
= 0,0170
Indeks keanekaragaman Shannon-Winner
·
Kumbang bunga
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,1209 Log 0,1209
= -0,1209 (-0,9175)
= 0,1109
·
Semut
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0925 Log 0,0925
= -0,0925 (-1,0338)
= 0,0956
·
Nyamuk
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0170 log 0,0170
= -0,0170 (-1,7695)
= 0,0300
·
Ulat
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0075 log 0,0075
=
-0,0075 (-2,1249)
= 0,0159
·
Serangga kecil
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0170 log 0,0170
= -0,0170 (-1,7695)
= 0,0300
B.
KODOK
DI SEMAK-SEMAK
NO
|
SPESIES
|
JUMLAH
|
1
|
NYAMUK
|
7
|
2
|
SEMUT KECIL
|
3
|
3
|
SEMUT ANGKRANG
|
15
|
4
|
SERANGGA KECIL
|
5
|
|
JUMLAH
|
30
|
Dominansi spesies :
·
Nyamuk
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,2333)2
= 0,054
·
Semut kecil
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,1)2
= 0,01
·
Semut angkrang
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,5)2
= 1
·
Serangga kecil
D
= ∑ (ni⁄N)2
= (
)2
= (0,16)2
= 0,0256
Indeks keanekaragaman Shannon-Winner
·
Nyamuk
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0544 log 0,0544
= -0,0544 (-1,2644)
= 0,0687
·
Semut kecil
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,01 log 0,01
= -0,01 (-2)
= 0,02
·
Semut angkrang
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,25 log 0,25
= -0,25 (-0,6020)
= 0,1505
·
Serangga kecil
H’
= -∑ pi Log pi
= -∑ 0,0277 log 0,0277
= -0,0277 (-1,5575)
= 0,0431
Dalam percobaan ini kami menggunakan
dua ekor kodok yang berasal dari habitat berbeda. Kodok yang pertama habitatnya
di pekarangan rumah, sedangkan kodok yang kedua habitatnya di semak-semak.
Terdapat perbedaan morfologi pada kedua kodok. Kodok di pekarangan rumah
berukuran lebih besar sekitar 8 cm, warna kulitnya lebih gelap dan kutil pada
permukaan kulitnya lebih kecil. Kodok di semak-semak berukuran lebih kecil
sekitar 5 cm, warna kulit tidak terlalu gelap hanya kecoklatan dan kutil pada
kulitnya besar-besar dan kasar. Tubuh kodok terdiri dari kepala , badan tanpa
ekor.
Pada saat mengamati lambung dan usus
kodok yang berhabitat di pekarangan rumah ditemukan kumbang bunga, semut,
nyamuk, ulat, dan serangga kecil. Dimana diantara semuanya kumbang bungalah
yang merupakan dominansi spesies tertinggi, tetapi hanya termasuk ke dalam
kriteria rendah. Sedangkan pada kodok yang berhabitat di semak-semak ditemukan
telah memakan semut kecil, semut angkrang, nyamuk, dan serangga kecil. Dan
diantara semuanya semut angkranglah yang merupakan dominansi spesies tertinggi,
tetapi hanya termasuk ke dalam kriteria sedang.
Pada kodok yang berhabitat di
pekarangan rumah, kumbang bunga merupakan makanan pokoknya karena dilingkungan
habitatnya banyak ditemukan tanaman-tanaman yang disekitarnya banyak ditemukan
kumbang bunga. Lain hal nya dengan kodok yang berhabitat di semak-semak, semut
angkrang menjadi makanan pokok karena di semak-semak kita dapat dengan mudah
menemukan semut angkrang. Jadi, pada dasarnya makanan setiap makhluk hidup itu
tergantung dimana habitat mereka.
KESIMPULAN
Setiap
organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan
yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen
habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme
yang menggunakannya (Indriyanto 2006: 27). Pada pengamatan ini kami menemukan
terdapat perbedaan morfologi antara kodok di pekarangan rumah dengan kodok di
semak-semak. Kodok di pekarangan rumah berukuran lebih besar sekitar 8 cm,
warna kulitnya lebih gelap dan kutil pada permukaan kulitnya lebih besar-besar
dan kasar. Kodok di semak-semak berukuran lebih kecil sekitar 5 cm, warna kulit
tidak terlalu gelap hanya kecoklatan dan kutil pada kulitnya tidak terlalu
kasar.
Pada
kodok di pekarangan rumah kumbang bunga merupakan dominansi spesies yang
tertinggi yang menjadi makanannya, sedangkan pada kodok di semak-semak semut
angkrang merupakan dominansi spesie yang tertinggi. Makanan setiap organisme
berbeda-beda sesuai dengan lingkungan habitatnya. Pada dasarnya kodok memang
pemakan serangga, namun makanan tersebut dikondisikan sesuai kelimpahan yang
tersedia di habitatnya. Jadi terdapat hubungan yang jelas antar morfologi suatu
organisme dengan habitat dan makanannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.
Laporan Praktikum Zoologi Vertebrata. Online. Tersedia http://eltracytaocktora.blogspot.com/2011/10/laporan-praktikum-zoologi-vertebrata_2991.html.
Diakses pada tanggal 14 Juni 2014
Farhanafriansyah.
Pembahasan Praktikum. Online. Tersedia http://farhanafriansyah13.blogspot.com/2012/05/pembahasan-praktikum-katak.html.
Diakses pada tanggal 14 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar